PUEBI adalah Panduan Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Banyak cerita yang kita jumpai idenya bagus, cerita menarik, tapi PUEBI berantakan, hmmm...🤔
Apakah PUEBI sangat penting dalam kepenulisan? Tentu saja, kalau tulisan kita rapi, sedap dipandang, enak dibaca, editor pun tak butuh waktu lama untuk mengerjakan naskah kita. Mari menanamkan prinsip, “Cerita bagus, tulisan rapi.” Simak beberapa contoh di bawah ini:
1. Penggunaan tanda titik di akhir dialog
Contoh salah : “Aku sangat mencintainya”.
Contoh benar : “Aku sangat mencintainya.”
Jika dialog diiringi dengan narasi, maka ketentuannya seperti ini:
Contoh salah : “Bunga yang cantik.” menatap kagum bunga tersebut.
Contoh benar : “Bunga yang cantik.” Menatap kagum bunga tersebut.
Jika narasi berada di awal, maka ketentuannya menjadi:
Contoh salah : Hari tersenyum, “Kamu adalah matahariku.”
Contoh benar : Hari tersenyum. “Kamu adalah matahariku.”
2. Penggunaan tanda koma di akhir dialog
Tanda koma biasanya digunakan bersamaan dengan dialog tag:
Contoh salah : “Aku mencintaimu.” ungkap Hari.
Contoh benar : “Aku mencintaimu,” ungkap Hari.
Jika tag berada di awal dialog, maka ketentuannya menjadi:
Contoh salah : Hari berkata. “Aku mencintaimu.”
Contoh benar : Hari berkata, “Aku mencintaimu.”
3. Penggunaan tanda seru di akhir dialog
Tanda seru biasanya digunakan untuk menegaskan, memberi perintah, peringatan, teriak, atau marah:
Contoh salah : “Pergi dari sini.” bentak Hari.
Contoh benar : “Pergi dari sini!” bentak Hari.
4. Penggunaan tanda tanya di akhir dialog
Contoh salah : “Apa kamu yakin?” Tanya Hari.
Contoh benar : “Apa kamu yakin?” tanya Hari.
Jika di akhir dialog tidak ada dialog tag dan langsung narasi, maka ketentuannya menjadi:
Contoh salah : “Kenapa kau menolaknya?” diraihnya tangan Hari.
Contoh benar : “Kenapa kau menolaknya?” Diraihnya tangan Hari.
5. Tanda Elipsis
Contoh pada dialog yang memberi jeda: “Jadi … kau tidak mencintainya?”
Elipsis diapit spasi, dan kata setelah elipsis awalnya huruf kecil:
Bagaimana jika tanda elipsis berada di akhir dialog?
Contoh 1 : “Hari, berhentilah memarahinya. Kumohon ....”
Contoh 2 : “Hari, berhentilah memarahinya. Kumohon ...,” pinta Meta.
Kenapa berbeda? Karena pada contoh 1 tidak ada kalimat setelahnya, jadi 3 titik itu elipsis dan satunya adalah tanda titik. Sedangkan contoh 2, masih ada kalimat yang menyertainya.
6. Penggunaan tanda dash (–)
Biasanya digunakan untuk dialog yang terputus-putus atau terpotong:
Contoh 1 : “Ti–tidak aku bersungguh-sungguh, Hari.”
(ini dialog terputus-putus)
Contoh 2: “Jadi kau ber–“
(ini dialog terpotong karena seseorang langsung menyergah)
7. Penggunaan kata ‘kan’ dalam dialog
Banyak juga sahabat Diary Sesi yang suka menulis menggunakan kata ‘kan’. Namun, masih banyak salah penulisan:
Contoh 1 : “Dia sahabatmu, kan?”
Contoh 2 : “Aku ‘kan setia padamu.”
Mengapa berbeda?
Pada contoh 1, sebelum kata ‘kan’ diberi tanda koma. Sedangkan pada contoh 2 kata ‘kan’ di sana memakai tanda Apostrof.
8. Penggunaan nama atau panggilan dalam dialog
Perhatikan!
Contoh 1 : “Aku harap Ibu memahamiku,” ucap Hari.
Contoh 2 : “Aku berharap ibumu merestui hubungan kita,” ucap Hari.
Pada contoh 1, kata ‘Ibu’ ditulis kapital karena orang yang dimaksud sedang ada di tempat, sedang kita ajak bicara. Sementara pada contoh 2, sang ibu tidak ada di tempat.
Dalam narasi kata ayah, ibu, kakak, dll, tidak perlu pakai kapital.
Contoh lain:
“Nak, kamu harus bangun, Nak?”
“Nak, ayo bangun, Sayang!”
(sebelum dan sesudah nama sapaan pakai tanda koma, nama sapaan ditulis kapital)
Contoh lain :
“Kata pak Danu, kita lurus saja.”
“Terima kasih, Pak Danu, atas undangannya.”
Mengapa kata ‘pak’ berbeda? Seperti contoh awal, kata pak pada dialog pertama menunjukkan bahwa pak Danu tak ada di tempat. Sedangkan Pak Danu di contoh berikutnya, sudah jelas sedang diajak bicara.
Penulis yang hebat itu bukan hanya penulis yang bisa menulis cerita keren, tetapi juga bisa menulis dengan PUEBI yang baik dan benar. Semangat menulis🌻
Tidak ada komentar:
Posting Komentar